Cina Tidak Takut Perang Perdagangan Dengan AS


( CNN Indonesia ). Pemerintah Chinamenyesalkan ancaman pengenaan tarif tinggi atas barang mereka yang dikeluarkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) , Minggu (5/5) lalu.

China menyebut AS seharusnya mengedepankan konsultasi dengan cara yang tepat agar sengketa dagang antara China dengan AS bisa segera diselesaikan. Meskipun menyesalkan sikap tersebut, China menyatakan tidak takut dengan ancaman perang tarif yang disampaikan Trump.

"Mengenai perang dagang, China-AS, China selalu enggan berperang, tapi itu tidak berarti kami takut berperang dan akan berperang bila perlu," tulis Kantor Berita Resmi Xinhua yang dikutip Reuters, Rabu (8/5).

Hubungan dagang antara AS dengan China kembali memanas. Presiden Trump Minggu (5/5) kemarin mengeluarkan ancaman baru terhadap China. Ancaman berkaitan dengan pemberlakuan tarif baru atas barang impor asal China.

Pemberlakuan tarif tersebut merupakan lanjutan dari perang dagang yang telah dikobarkan pemerintahannya terhadap China sejak pertengahan tahun lalu. Sebagai informasi, sejak pertengahan 2018 lalu, Trump telah mengobarkan perang dagang dengan China.

Perang dilakukan dengan memberlakukan tarif impor tinggi atas barang China bernilai US$250 miliar. Besaran tarif yang diberlakukan 10 persen sampai dengan 25 persen.

Perang tarif diberlakukan karena Trump telah menuduh China melakukan kecurangan dagang terhadap negaranya. Kecurangan dagang tersebut membuat AS harus menanggung defisit perdagangan besar dengan China.

Untuk meredakan ketegangan tersebut, AS dan China sejak awal tahun lalu berunding. Sampai bulan ini perundingan masih berlangsung.

Tapi Selasa (7/5), Kepala Perwakilan Dagang Amerika Serikat (USTR) Robert Lightizer menyatakan China tidak mempunyai komitmen kuat untuk segera menyelesaikan perundingan dagang. Bahkan ia menuduh Negeri Tirai Bambu telah mengingkari kesepakatan yang sudah dicapai dalam perundingan yang telah dilakukan.

Atas sikap China itulah, Trump mengancam akan memberlakukan tarif baru atas impor barang China mulai Jumat (10/5) ini.

"Selama seminggu terakhir kami telah melihat, China mengalami erosi komitmen. Itu tidak bisa kami terima," katanya Selasa (7/5).

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel