Prancis Mengakui Bahwah Mereka Mengirim Senjata ke Arab Saudi


Pemerintah mengonfirmasi bahwa pengiriman senjata terbaru yang mereka lakukan ditujukan ke . Namun, mereka membantah bahwa alutsista mereka digunakan dalam , perang yang disebut PBB sebagai konflik kemanusiaan terburuk.

Sebelumnya, berseberangan dengan Jerman terkait larangan pengiriman senjata ke . Larangan tersebut muncul usai kasus pembunuhan jurnalis Washington Post, Jamal Khashoggi.

"Sejauh yang diketahui pemerintah , kami tidak memiliki bukti bahwa para korban di Yaman adalah hasil dari penggunaan senjata ," kata Menteri Pertahanan Florence Parly, dilansir dari laman European Views, Kamis (9/5).

Parly menambahkan bahwa senjata dari digunakan murni untuk pertahanan oleh .

Menurut situs jurnalisme investigasi , Disclose, yang membocorkan file intelijen militer yang mengindikasikan bahwa tank dan artileri digunakan oleh pasukan Saudi di Yaman, ada pengiriman senjata baru termasuk delapan howitzer Caesar yang dipasang di truk. Namun, sumber pemerintah mengatakan bahwa howitzer tidak masuk dalam daftar senjata yang dikirim.

Menurut PBB, lebih dari 24 juta orang di Yaman terkena dampak perang saudara di mana , Uni Emirat Arab, dan Iran terlibat secara besar-besaran dengan sekutu mereka masing-masing, dan lebih dari 3 juta orang telah terlantar.

Baik dan sekutunya Uni Emirat Arab, adalah klien pengadaan senjata utama , pengekspor senjata terbesar ketiga di dunia setelah AS dan Rusia.

"Rezim Saudi adalah salah satu kediktatoran paling brutal di dunia, dan telah menimbulkan krisis kemanusiaan yang mengerikan di Yaman," kata Andrew Smith dari LSM Campaign Against Arms Trade (Kampanye Melawan Perdagangan Senjata).

"Penghancuran tidak akan mungkin terjadi tanpa keterlibatan dan dukungan dari pemerintah yang berurusan dengan senjata," tambahnya.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel